Wednesday, March 12, 2014

Untuk Sebuah Tropi Sang Juara

pemenang
SALAM DAKWAH – Secara teoritis, boleh jadi sebagian besar dari kita telah mengetahui dengan baik keagungan sepanjang bulan Ramadhan. Namun kebanyakan dari kita, tidak cukup bisa menerjemahkan dalam praktiknya. Jujurlah kita akui bahwa kita masih jauh panggang dari api. Kita sering lari sekencang-kencangnya di awal Ramadhan bak seorang sprinter. Namun dipertengahan Ramadhan kita sudah kelelahan atau bahkan kehabisan tenaga. Dan diakhir Ramadhan, justru kita tidak lagi ingat dengan perlombaan yang sedang kita ikuti ini. Kita justru disibukkan dengan urusan mudik, THR, pakaian baru, aneka makanan untuk lebaran dan lain sebagainya. Entahlah apakah kita berujung di garis finish. Tapi hal yang pasti kita tidak bakal naik ke podium sebagai Sang Juara.

Rasulullah Saw sejak pertama kali disyariatkan puasa Ramadhan telah memberi keteladanan (uswah) bagaimana cara memaksimalkan bulan penuh berkah ini. Pada sepuluh akhir (‘asyrul awakhir) beliau berlari begitu kencang. Segenap waktu, pikiran, dan tenaganya dikonsentrasikan untuk menyentuh garis finish yang terbaik. Beliau tinggalkan seluruh urusan yang tidak ada kaitannya dengan ibadah dan peningkatan amal kebaikan. Beliau fokus dan total taqarrub kepada ALLAH Swt. Semua bentuk ibadah ditingkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Semua itu demi menyabet sebuah Tropi Sang Juara, manusia takwa di sisi-Nya.

Dalam hal menghidupkan malam, maka Rasulullah Saw adalah yang selalu meningkat kualitasnya. Sahabat Hudzaifah bin Yaman pernah bermakmum shalat malam di luar Ramadhan. Dalam rakaat pertama shalat malam, beliau membaca tiga surah sekaligus; al-Baqarah, an-Nisa, dan Ali Imran. Artinya dalam satu rakaat beliau membaca 5 juz lebih (seperti diriwayatkan oleh imam Muslim). Itu di luar Ramadhan. Bagaimana kiranya di bulan penuh keagungan ini, beliau menambah lipatan ibadah shalat malamnya. Terlebih lagi di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sekali lagi, untuk sebuah tropi sang juara maka mutlaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam ibadah; shalat tarawih dan witir harus lebih lama, bacaan Al-Qur’an juga harus lebih banyak, zikir dan istighfar pun diperhebat lagi. Tentu disertai dengan muhasabah diri.

Sahabatku yang dirahmati ALLAH, kita belum sama sekali terlambat. Perlombaan sesungguhnya kembali segera kita mulai. Bersiaplah, ambil ancang-ancang, lari sekencang-kencangnya di putaran akhir nanti, dan tataplah garis finish. Bertekadlah menjadi Sang Juara agar ALLAH Swt menyematkan tropi “takwa” kepada kita semua.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman dan ketaatan kepadaMu...aamiin,

0 komentar:

Post a Comment