Showing posts with label Halaqah Ramadhan. Show all posts
Showing posts with label Halaqah Ramadhan. Show all posts

Wednesday, March 12, 2014

Menyambut Malam Kemuliaan

marhaban ya ramadhan

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar), seperti kita ketahui adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maha Benar Allah ketika menyebutkan bahwa tamu agung Ramadhan hanyalah ayyaam ma’dudaat (beberapa hari yang telah ditentukan) cepat dan singkat, namun Ramadhan tetap berisikan kemuliaan dan keberkahan.

Kalangan ulama tafsir banyak yang menafsirkan ayat sumpah Allah dalam surat al-Fajr, bahwa layalin ‘asyr (dan demi malam yang sepuluh) maksudnya adalah malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Walaupun banyak pula yang menafsirkan maksudnya adalah sepuluh malam bulan Dzulhijjah, dan ada pula yang mengatakan sepuluh hari pertama bulan Muharram. Semua penafsiran bisa jadi benar, karena masing-masing mempunyai dalil-dalil yang mendukung.

Pada hari-hari terakhir ini baginda Nabi Muhammad Saw bersiaga penuh mengisi malam-malamnya. Sampai-sampai beliau mengasingkan diri dari istri-istrinya, beri’tikaf di dalam masjid, beribadah dan bermunajat kepada ALLAH Swt sebagai kesempatan akhir “ngalap berkah” bulan Ramadhan. Tak heran seperti diriwayatkan oleh istri beliau, Sayyidah Aisyah ra bahwa Rasulullah Saw bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang tidak dilakukannya pada bulan-bulan yang lain.

Mengapa Nabi Muhammad Saw mendorong umatnya untuk melipat gandakan ibadah dalam waktu tersebut?

Jawabnya singkat, karena pada malam-malam bulan Ramadhan tersebut, terutama pada malam-malam yang ganjil terdapat Lailatul Qadar. Malam yang sangat istimewa dan semua orang berlomba memburunya, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagai bonus hadiah Ilahi bagi orang yang ikhlas mengabdi kepada-Nya.

Lailatul Qadar ibarat benda elok yang sangat indah namun langka. Tak heran bukan perkara yang mudah untuk meraihnya, karena mahal harga belinya. Malam kemuliaan tersebut hanya dapat dibeli dengan pengorbanan jiwa raga, dengan amalan-amalan ibadah yang telah dituntun Nabi Muhammad Saw seperti Qiyamul lail (shalat tahajjud), berpuasa sesuai syar’i, tilawah dan tadarus Al-Qur’an dengan tadabbur, berdoa, dzikir, memperbanyak istighfar, muhasabah diri, perbanyak sedekah serta amalan ma’ruf lainnya untuk diri sendiri, keluarga dan masyrakat pada umumnya.

Kenapa kehadiran Lailatul Qadar dirahasiakan?

Karena sesuatu yang mahal dan langka tentu dirahasiakan dan tidak diobral. Agar umat bersemangat untuk memburunya, dan agar ibadah tidak hanya dilakukan pada waktu tertentu saja, namun pengabdian haruslah langgeng terus dilakukan selama hayat masih di kandung badan.

Merugilah kita yang luput dari peningkatan ibadah pada injury time Ramadhan ini. Kebahagiaan mukmin sebenarnya bukan hanya karena mendapatkan bonus pahala Lailatul Qadar dan sejenisnya, namun kebahagiaan mukmin adalah saat dirinya mengabdi, mohon ampun, berserah dan tunduk kepada pencipta-Nya, karena itulah nikmat terbesar yang tiada taranya.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman, kemuliaan akhlak dan ketaatan beribadah kepadaMu...aamiin,

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Untuk Sebuah Tropi Sang Juara

pemenang
SALAM DAKWAH – Secara teoritis, boleh jadi sebagian besar dari kita telah mengetahui dengan baik keagungan sepanjang bulan Ramadhan. Namun kebanyakan dari kita, tidak cukup bisa menerjemahkan dalam praktiknya. Jujurlah kita akui bahwa kita masih jauh panggang dari api. Kita sering lari sekencang-kencangnya di awal Ramadhan bak seorang sprinter. Namun dipertengahan Ramadhan kita sudah kelelahan atau bahkan kehabisan tenaga. Dan diakhir Ramadhan, justru kita tidak lagi ingat dengan perlombaan yang sedang kita ikuti ini. Kita justru disibukkan dengan urusan mudik, THR, pakaian baru, aneka makanan untuk lebaran dan lain sebagainya. Entahlah apakah kita berujung di garis finish. Tapi hal yang pasti kita tidak bakal naik ke podium sebagai Sang Juara.

Rasulullah Saw sejak pertama kali disyariatkan puasa Ramadhan telah memberi keteladanan (uswah) bagaimana cara memaksimalkan bulan penuh berkah ini. Pada sepuluh akhir (‘asyrul awakhir) beliau berlari begitu kencang. Segenap waktu, pikiran, dan tenaganya dikonsentrasikan untuk menyentuh garis finish yang terbaik. Beliau tinggalkan seluruh urusan yang tidak ada kaitannya dengan ibadah dan peningkatan amal kebaikan. Beliau fokus dan total taqarrub kepada ALLAH Swt. Semua bentuk ibadah ditingkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Semua itu demi menyabet sebuah Tropi Sang Juara, manusia takwa di sisi-Nya.

Dalam hal menghidupkan malam, maka Rasulullah Saw adalah yang selalu meningkat kualitasnya. Sahabat Hudzaifah bin Yaman pernah bermakmum shalat malam di luar Ramadhan. Dalam rakaat pertama shalat malam, beliau membaca tiga surah sekaligus; al-Baqarah, an-Nisa, dan Ali Imran. Artinya dalam satu rakaat beliau membaca 5 juz lebih (seperti diriwayatkan oleh imam Muslim). Itu di luar Ramadhan. Bagaimana kiranya di bulan penuh keagungan ini, beliau menambah lipatan ibadah shalat malamnya. Terlebih lagi di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sekali lagi, untuk sebuah tropi sang juara maka mutlaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam ibadah; shalat tarawih dan witir harus lebih lama, bacaan Al-Qur’an juga harus lebih banyak, zikir dan istighfar pun diperhebat lagi. Tentu disertai dengan muhasabah diri.

Sahabatku yang dirahmati ALLAH, kita belum sama sekali terlambat. Perlombaan sesungguhnya kembali segera kita mulai. Bersiaplah, ambil ancang-ancang, lari sekencang-kencangnya di putaran akhir nanti, dan tataplah garis finish. Bertekadlah menjadi Sang Juara agar ALLAH Swt menyematkan tropi “takwa” kepada kita semua.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman dan ketaatan kepadaMu...aamiin,