SALAM DAKWAH -- Tak
kurang-kurang ALLAH SWT memaparkan iktibar di depan kita. Betapa banyak,
seseorang yang kemarin sangat kaya bergelimang harta, hari ini mendadak miskin.
Bahkan seseorang tampak sehat dan kuat di pagi hari, tiba-tiba sakit dan lemah
lunglai di sore hari.
Lantas
mengakhiri kehidupannya yang fana karena saat itu dijemput malaikat maut untuk
memasuki kehidupan barunya di alam barzah, suatu alam transit menuju alam
akhirat.
Pekerjaan mengumpulkan harta kekayaan yang kita lakukan selama sehat dan kuat telah meningkatkan harkat dan martabat kita menjadi orang sukses atau setidaknya di atas rata-rata kebanyakan orang di sekeliling kita.
Pekerjaan mengumpulkan harta kekayaan yang kita lakukan selama sehat dan kuat telah meningkatkan harkat dan martabat kita menjadi orang sukses atau setidaknya di atas rata-rata kebanyakan orang di sekeliling kita.
Tetapi,
kesuksesan itu sedikit demi sedikit merenggangkan kedekatan kita kepada ALLAH Swt.
Kita lupa, segala yang kita miliki, termasuk roh kita, sejatinya hanyalah
titipan Allah dan kapan saja Allah berhak mengambilnya.
ALLAH Swt
berfirman, “Sesungguhnya
kematian yang kamu lari darinya, sesungguhnya dia akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Hujjatul
Islam Imam Al-Ghazali pernah menyampaikan iktibar. Perjalanan manusia itu
ibarat penumpang sedang diajak berlayar sang nakhoda menuju pulau harapan.
Lalu, di tengah perjalanan diajak sang nakhoda mampir di sebuah pulau kecil nan
indah.
Sang
nakhoda mengumumkan kepada seluruh penumpang kapal, “Para penumpang dipersilahkan mampir
sebentar di pulau kecil itu, tapi bergegaslah naik di kapal kembali apabila
sewaktu-waktu aku memanggil kalian.”
Beramai-ramailah
penumpang turun ke pulau itu. Namun, mereka ternyata terbagi atas tiga
kelompok.
Kelompok
pertama, begitu menginjakkan kaki di pulau itu, mereka hanya mengambil barang
seperlunya, lalu naik kembali ke kapal. Kelompok ini sedikit sekali. Mereka
takut ketinggalan kapal.
Kelompok
kedua begitu menginjakkan kaki di pulau, mereka berramai-ramai mengambil
manfaat dengan bermacam-macam kegiatan dan pekerjaan. Tetapi selama mereka
sibuk, mereka tetap nguping barangkali sang nakhoda memanggilnya
sehingga mereka tidak akan ketinggalan kapal. Kelompok kedua ini lebih banyak
daripada kelompok pertama.
Sedangkan kelompok yang ketiga, kelompok yang paling banyak daripada kelompok pertama dan kedua. Setelah mereka turun di pulau itu, mereka terpukau dengan keindahan dan kelezatan yang ada di dalamnya. Dengan gegap gempita mereka mengambil manfaat itu dengan terus bekerja dan bekerja. Bahkan ada yang dengan segala cara mereka ingin menguasainya hingga mereka terlena dan lupa pesan sang nakhoda, padahal nakhoda telah memanggilnya.
Sedangkan kelompok yang ketiga, kelompok yang paling banyak daripada kelompok pertama dan kedua. Setelah mereka turun di pulau itu, mereka terpukau dengan keindahan dan kelezatan yang ada di dalamnya. Dengan gegap gempita mereka mengambil manfaat itu dengan terus bekerja dan bekerja. Bahkan ada yang dengan segala cara mereka ingin menguasainya hingga mereka terlena dan lupa pesan sang nakhoda, padahal nakhoda telah memanggilnya.
Kelompok
ketiga terus bersaing satu sama lain, sampai-sampai pulau itu terasa sempit
bagi mereka dan nyaris habis kandungannya karena diperebutkan sesama mereka.
Akhirnya, kelompok yang terbanyak ini pun ketinggalan kapal.
Kelompok
pertama merupakan orang-orang beriman dan saleh yang ingin segera
terhindar dari kehidupan duniawi yang penuh dosa ini. Mereka ingin segera
bertemu dengan Tuhannya. Mereka adalah orang-orang wara, zuhud, dan ikhlas.
Kelompok
kedua adalah orang-orang beriman, namun mereka belum siap mati karena ingin
memperbaiki amal perbuatannya untuk akhiratnya. Mereka terus mengejar dunia,
tetapi terus pula beramal saleh dengan hartanya. Bahkan, hartanya yang melimpah
itu didedikasikan untuk agama Allah semata.
Kelompok
ketiga merupakan orang-orang yang sangat mencintai dunia atau kelompok
materialisme. Mereka beranggapan manusia paling mulia adalah yang berkuasa dan
kaya harta.
Dari
kisah iktibar di atas, Al-Ghazali berpesan agar dalam posisi dan kerja apa pun,
semestinya kita selalu ingat mati. Dengan ingat mati akan menghindarkan kita
dari keserakahan dan cinta dunia. Ingat mati mendorong kita berada pada jalan
yang lurus dan akan mendekatkan diri kita kembali ALLAH SWT.
0 komentar:
Post a Comment