Sunday, May 18, 2014

Berjabatan Tangan Menggugurkan Dosa

berjabatan tangan menggugurkan dosa

SubhanAllah walhamdulillah sahabat sholehku,

inilah "amila qoliilan wa ujiro katsiron" amalnya ringan tetapi ganjarannya sangat besar. Abang yaqin kalian sangat ingin tahu amal inikan?

Simaklah nasehat RASULULLAH, "Bila seorang muslim bertemu dengan saudaranya sesama muslim, lalu menjabat tangannnya, maka dosa keduanya akan berguguran sebagaimana daun-daun yang berguguran dari sebatang pohon yang kering pada hari ketika terjadi angin ribut. Jika tidak maka keduanya akan diampuni meskipun dosa mereka sebanyak buih di lautan (HR Thabrani).

SUBHANALLAH, indahkan Islam itu sahabat sholehku, kini saatnya tidak lagi menganggap biasa jabat tangan apalagi sampai meremehkan!

Ya Allah, Hiasilah hati kami dengan Ridho dan Berkah-Mu. Aamin.

Wednesday, March 12, 2014

Menyambut Malam Kemuliaan

marhaban ya ramadhan

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar), seperti kita ketahui adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maha Benar Allah ketika menyebutkan bahwa tamu agung Ramadhan hanyalah ayyaam ma’dudaat (beberapa hari yang telah ditentukan) cepat dan singkat, namun Ramadhan tetap berisikan kemuliaan dan keberkahan.

Kalangan ulama tafsir banyak yang menafsirkan ayat sumpah Allah dalam surat al-Fajr, bahwa layalin ‘asyr (dan demi malam yang sepuluh) maksudnya adalah malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Walaupun banyak pula yang menafsirkan maksudnya adalah sepuluh malam bulan Dzulhijjah, dan ada pula yang mengatakan sepuluh hari pertama bulan Muharram. Semua penafsiran bisa jadi benar, karena masing-masing mempunyai dalil-dalil yang mendukung.

Pada hari-hari terakhir ini baginda Nabi Muhammad Saw bersiaga penuh mengisi malam-malamnya. Sampai-sampai beliau mengasingkan diri dari istri-istrinya, beri’tikaf di dalam masjid, beribadah dan bermunajat kepada ALLAH Swt sebagai kesempatan akhir “ngalap berkah” bulan Ramadhan. Tak heran seperti diriwayatkan oleh istri beliau, Sayyidah Aisyah ra bahwa Rasulullah Saw bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang tidak dilakukannya pada bulan-bulan yang lain.

Mengapa Nabi Muhammad Saw mendorong umatnya untuk melipat gandakan ibadah dalam waktu tersebut?

Jawabnya singkat, karena pada malam-malam bulan Ramadhan tersebut, terutama pada malam-malam yang ganjil terdapat Lailatul Qadar. Malam yang sangat istimewa dan semua orang berlomba memburunya, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagai bonus hadiah Ilahi bagi orang yang ikhlas mengabdi kepada-Nya.

Lailatul Qadar ibarat benda elok yang sangat indah namun langka. Tak heran bukan perkara yang mudah untuk meraihnya, karena mahal harga belinya. Malam kemuliaan tersebut hanya dapat dibeli dengan pengorbanan jiwa raga, dengan amalan-amalan ibadah yang telah dituntun Nabi Muhammad Saw seperti Qiyamul lail (shalat tahajjud), berpuasa sesuai syar’i, tilawah dan tadarus Al-Qur’an dengan tadabbur, berdoa, dzikir, memperbanyak istighfar, muhasabah diri, perbanyak sedekah serta amalan ma’ruf lainnya untuk diri sendiri, keluarga dan masyrakat pada umumnya.

Kenapa kehadiran Lailatul Qadar dirahasiakan?

Karena sesuatu yang mahal dan langka tentu dirahasiakan dan tidak diobral. Agar umat bersemangat untuk memburunya, dan agar ibadah tidak hanya dilakukan pada waktu tertentu saja, namun pengabdian haruslah langgeng terus dilakukan selama hayat masih di kandung badan.

Merugilah kita yang luput dari peningkatan ibadah pada injury time Ramadhan ini. Kebahagiaan mukmin sebenarnya bukan hanya karena mendapatkan bonus pahala Lailatul Qadar dan sejenisnya, namun kebahagiaan mukmin adalah saat dirinya mengabdi, mohon ampun, berserah dan tunduk kepada pencipta-Nya, karena itulah nikmat terbesar yang tiada taranya.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman, kemuliaan akhlak dan ketaatan beribadah kepadaMu...aamiin,

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Untuk Sebuah Tropi Sang Juara

pemenang
SALAM DAKWAH – Secara teoritis, boleh jadi sebagian besar dari kita telah mengetahui dengan baik keagungan sepanjang bulan Ramadhan. Namun kebanyakan dari kita, tidak cukup bisa menerjemahkan dalam praktiknya. Jujurlah kita akui bahwa kita masih jauh panggang dari api. Kita sering lari sekencang-kencangnya di awal Ramadhan bak seorang sprinter. Namun dipertengahan Ramadhan kita sudah kelelahan atau bahkan kehabisan tenaga. Dan diakhir Ramadhan, justru kita tidak lagi ingat dengan perlombaan yang sedang kita ikuti ini. Kita justru disibukkan dengan urusan mudik, THR, pakaian baru, aneka makanan untuk lebaran dan lain sebagainya. Entahlah apakah kita berujung di garis finish. Tapi hal yang pasti kita tidak bakal naik ke podium sebagai Sang Juara.

Rasulullah Saw sejak pertama kali disyariatkan puasa Ramadhan telah memberi keteladanan (uswah) bagaimana cara memaksimalkan bulan penuh berkah ini. Pada sepuluh akhir (‘asyrul awakhir) beliau berlari begitu kencang. Segenap waktu, pikiran, dan tenaganya dikonsentrasikan untuk menyentuh garis finish yang terbaik. Beliau tinggalkan seluruh urusan yang tidak ada kaitannya dengan ibadah dan peningkatan amal kebaikan. Beliau fokus dan total taqarrub kepada ALLAH Swt. Semua bentuk ibadah ditingkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Semua itu demi menyabet sebuah Tropi Sang Juara, manusia takwa di sisi-Nya.

Dalam hal menghidupkan malam, maka Rasulullah Saw adalah yang selalu meningkat kualitasnya. Sahabat Hudzaifah bin Yaman pernah bermakmum shalat malam di luar Ramadhan. Dalam rakaat pertama shalat malam, beliau membaca tiga surah sekaligus; al-Baqarah, an-Nisa, dan Ali Imran. Artinya dalam satu rakaat beliau membaca 5 juz lebih (seperti diriwayatkan oleh imam Muslim). Itu di luar Ramadhan. Bagaimana kiranya di bulan penuh keagungan ini, beliau menambah lipatan ibadah shalat malamnya. Terlebih lagi di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sekali lagi, untuk sebuah tropi sang juara maka mutlaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam ibadah; shalat tarawih dan witir harus lebih lama, bacaan Al-Qur’an juga harus lebih banyak, zikir dan istighfar pun diperhebat lagi. Tentu disertai dengan muhasabah diri.

Sahabatku yang dirahmati ALLAH, kita belum sama sekali terlambat. Perlombaan sesungguhnya kembali segera kita mulai. Bersiaplah, ambil ancang-ancang, lari sekencang-kencangnya di putaran akhir nanti, dan tataplah garis finish. Bertekadlah menjadi Sang Juara agar ALLAH Swt menyematkan tropi “takwa” kepada kita semua.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman dan ketaatan kepadaMu...aamiin,

Friday, March 7, 2014

Jangan Tunda Kesempatan

serpihan waktu

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Sahabatku, hidup di dunia ini adalah kesempatan satu satunya dan terakhir kalinya. Sungguh setiap detik yang berlalu tidak akan pernah mampu kita ulangi lagi. Padahal kita akan hidup di akhirat selama lamanya, dan waktu untuk mengumpulkan bekal di akhirat terlalu sebentar, Lantas bisa kah main main?

Sahabatku, sekali gagal dalam kesempatan ini maka akan gagal selamanya. Ingat, bahwa menyesal di akhirat tidak ada gunanya. Kalau ingin menyesal, sekarang mumpung hidup masih ada. Karenanya patuhi Allah segera, jangan lambat, karena kematian selalu datang secara tiba tiba!

Jangan lupa sebelum tidur berwudhu, berdoa, berzikir dan berazam untuk sholat malam. Dari sahabatmu yang merindukan diri ini dan kalian bahagia hidup dalam taat.

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Amalan Hebat Ramadhan

amalan hebat Ramadhan

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Sahabat shalehku yang dirahmati ALLAH, sebagai bulan bertabur kebaikan dan keberkahan, saatnya dengan penuh keikhlasan dan atas dasar iman, hidupi Ramadhan dengan amalan-amalan berikut ini :

1. Shiyam (Puasa).
Rasulullah Saw bersabda, “Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat.”

Allah Swt berfirman, “Kecuali puasa, sungguh dia bagian-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnya dan makannya karena Aku.”

Disebut dalam hadits lain, “Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembira ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya.”

Hadits lain menegaskan, “Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Qiyamu Ramadhan, yaitu shalat malam atau shalat tarawih.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Siapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah Swt berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (al-Furqan [25] : 63-64).

3. Sedekah.
Rasulullah adalah manusia paling dermawan, dan beliau lebih dermawan saat berada di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut.

Beliau bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi)

4. Taddabur Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah mukjizat yang Allah jaga hingga hari kiamat. Sudah selayaknyalah kita bersungguh-sungguh dalam membaca, mengkaji, dan mengamalkan kandungan isi dari Al-Qur’an.

Ramadhan dan Al-Qur’an merupakan pasangan yang erat dimuliakan. Al-Qur’an dimuliakan dengan diturunkan pada bulan Ramadhan, juga Ramadhan dimuliakan dengan diturunkan Al-Qur’an di dalamnya. Melalui Al-Qur’anlah ALLAH Swt, mengajak berdialog kepada hamba-hamba-Nya.

5. Berhalaqah di Masjid.
Berhalaqah di masjid sampai matahari terbit (syuruq). Adalah Rasulullah Saw, apabila shalat shubuh beliau tetap duduk di tempat shalatnya hingga matahari terbitnya (HR. Muslim).

Anas bin Malik ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Siapa shalat shubuh berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidzi).

Keutamaan ini berlaku pada semua hari, tidak hanya di hari di bulan Ramadhan. Lalu bagaimana kalau itu dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shaleh yang bangun di akhirnya (sepertiga malam) untuk shalat malam/tahajjud, menundukkan nafsu untuk tunduk kepada ALLAH Swt dan bersemangat untuk menggapai derajat yang tinggi di surga.

6. I’tikaf.
Rasulullah Saw senantiasa ber’itikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Bahkan pada tahun beliau wafat, beliau beri’tikaf selama 20 hari. (HR. Bukhari dan Muslim).

I’tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah, shalat, zikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah melaksanakannya, I’tikaf dirasa sangat berat. Namun pastinya ia akan mudah bagi siapa yang ALLAH Swt mudahkan.

7. Umrah pada bulan Ramadhan.
Bila ada rezeki lebih dan waktu luang tersedia untuk menunaikannya, betapa indah dan spesial. Mengingat Rasulullah Saw menyatakan, “Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji, demikian Sabda Nabi Muhammad Saw.” (HR. Bukhari dan Muslim).

8. Menghidupkan Lailatul Qadar.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (al-Qadar [97] : 1-3).

Rasulullah Saw bersabda, “Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

9. Memperbanyak Zikir, Doa, dan Istighfar.
Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak zikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah doa, diantaranya:

a. Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak;

b. Sepertiga malam terakhir saat ALLAH Swt turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang yang meminta, pasti Aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.” (hadits Qudsi).

c. Beristighfar di waktu Sahur.
Allah Swt berfirman, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (adz-Dzariyat [51]: 18)

Ya Allah ya Tuhan kami, hiasilah hati kami dengan kesenangan ibadah, kemuliaan akhlak dan tetap semangat menggapai Ramadhan-Mu. Aamiin.

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Sang Guru

Uwais

SALAM DAKWAH -- Namanya Uwaimir bin Malik al-Khazraji, lebih dikenal dengan panggilan Abu Darda. Sebelum Islam, Abu Darda berteman akrab dengan Abdullah bin Rawahah. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dua orang teman akrab tersebut berbeda jalan.

Abdullah bin Rawahah segera menjadi Muslim sementara Abu Darda tetap dengan kemusyrikannya. Setiap hari dia menyembah berhala yang diletakkan di salah satu kamar rumahnya. Tiap hari pula berhala itu dibersihkan dan diberi wewangian.

Kesadarannya baru muncul tatkala pada suatu hari dia menemukan berhalanya itu hancur berkeping-keping karena dikapak oleh teman akrabnya sendiri, Abdullah bin Rawahah, secara diam-diam. Semula dia sangat marah, tetapi di ujung marahnya, kesadarannya muncul.

“Seandainya berhala itu benar Tuhan, tentu dia sanggup membela dirinya sendiri.” Ditemani Abdullah bin Rawahah, Abu Darda segera menemui Nabi dan masuk Islam. Tetapi, dia sangat menyesal terlambat menjadi Muslim.

Temannya tidak hanya lebih dahulu masuk Islam, tapi juga sudah ikut berjuang dalam Perang Badar. Untuk mengejar ketertinggalannya itu, Abu Darda mengurangi aktivitas dagangnya agar lebih banyak waktu menghafal Alquran dan beribadah sepuasnya.

Gaya hidup Abu Darda berubah total, sekarang dia memilih hidup zuhud. Tatkala suatu kali tamu-tamunya bertanya ke mana perginya kekayaannya selama ini, Abu Darda menjawab, “Kami mempunyai rumah di kampung sana. Setiap kali memperoleh harta, langsung kami kirim ke sana. Jalan ke rumah kami yang baru itu sulit dan mendaki sehingga kami sengaja meringankan beban kami supaya mudah dibawa.

Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, Abu Darda pernah ditawari jabatan yang tinggi di Syam, tapi dia tanpa ragu menolaknya.

Tatkala Umar marah, Abu Darda menyatakan bersedia bertugas ke Syam bukan sebagai pejabat tinggi, melainkan jadi guru yang mengajarkan Alquran, Sunah, serta membimbing umat. Umar setuju.

Maka, berangkatlah Abu Darda ke Damaskus. Dia tidak hanya mengajar di masjid, tapi juga berkeliling ke tengah-tengah masyarakat, masuk ke pasar-pasar. Jika ada yang bertanya, dijawabnya segera, jika bertemu dengan orang bodoh, diajarinya, jika melihat orang lalai, diingatkannya.

Abu Darda tidak mau kehilangan waktu sedikit pun dalam membimbing umat ke jalan Allah.

Pada suatu hari, Abu Darda menyaksikan ada seorang laki-laki dipukuli orang banyak. Lalu, dia bertanya, “Apa yang terjadi?”

Dijelaskan bahwa laki-laki itu pendosa besar maka dipukuli. Dengan bijak, Abu Darda  bertanya, “Jika kalian melihat orang yang jatuh ke dalam sumur, apa yang akan kalian lakukan? Tidakkah kalian keluarkan dia dari sumur itu?”
Jawab mereka, “Tentu.”

“Oleh sebab itu, janganlah kalian memukulinya, tapi berilah dia nasihat dan sadarkan dia.”
Mereka bertanya, “Apakah engkau tidak membencinya?”

Abu Darda menjawab, “Saya membenci perbuatannya. Apabila dia telah menghentikan perbuatan dosanya maka dia adalah saudara saya.”

Tatkala seorang pemuda meminta nasihat kepadanya, Abu Darda mengatakan, “Wahai, anakku! Ingatlah kepada Allah pada waktu kamu bahagia maka Allah akan mengingatmu waktu kamu sengsara.

Hai, anakku,” lanjutnya, “Jadilah engkau orang yang berilmu atau penuntut ilmu atau pendengar, jangan jadi yang keempat karena yang keempat pasti celaka.

Sampai akhir hayatnya, Abu Darda—radhiyallahu ‘anhu—tetap menjalankan tugas yang mulia menjadi guru di Damaskus.

Memperbanyak Amalan Doa

Ya ALLAH

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Sahabat shalehku yang dirahmati ALLAH, Diantara amalan yang sangat dianjurkan sebagai penyempurna ibadah Ramadhan kita adalah Memperbanyak Doa. Hal ini tersirat dari posisi ayatush shiyam (ayat-ayat puasa) yang menjelaskan syariat puasa di bulan Ramadhan. Dari ayat 183 sampai 187, Allah “menyelipkan” ayat tentang doa diantaranya. Ayat 183 dan 184 surah al-baqarah adalah jelas perintah untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Sedangkan ayat 186 adalah perintah untuk memperbanyak doa. Dan ayat 187 tentang anjuran ber’itikaf.

Dianjurkannya untuk memperbanyak doa tidak lain karena kasih sayang dan Maha Pemurah Allah terhadap setiap hamba-Nya yang beriman. Bukankah doa orang berpuasa adalah doa yang sangat mustajab, seperti menjelang berbuka.

Rasulullah Saw menegaskan, “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak; pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Tirmidzi dan ath-Thabrani).

Saudaraku, ketahuilah bahwa tidak ada doa setiap muslim apalagi disertai dengan keyakinan (muqinuna bil ijabah) yang tidak dikabulkan. Semua doa di dengar ALLAH Swt. Sebagaimana firman Allah, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdoa) kepada-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (al-Mukmin [40] : 60).

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka setiap hari dan malam di bulan Ramadhan. Dan sesungguhnya setiap muslim memiliki satu doa yang mustajab di bulan ini.” (HR. Ahmad).

SubhanAllah, karena itu saudaraku, perbanyaklah doa dalam rupa apa saja. Minta (memohon) yang terkait tentang kebaikan dunia silahkan, urusan kelancaran kerja, hutang piutang, dimudahkan jodoh, mohon dikaruniakan anak dan keturunan, bisa menikmati ibadah haji dan umrah di tanah haram, minta diwafatkan husnul khotimah dengan membawa iman dan Islam, diampuni semua dosa, tercatat sebagai penghuni surga dan lain sebagainya.

Permintaan yang banyak kepada Allah dari seorang hamba, justru menjadi amalan yang sangat disukai oleh Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak ada yang lebih utama (mulia) disisi Allah daripada doa.” (HR. Ahmad).

Banyak misteri takdir yang terjadi di luar persangkaan manusia, karena kekuatan doa. Bahkan tidak ada yang bisa mengubah dan mengutak-atik takdir kecuali doa.

Saatnya kita ubah takdir kenestapaan kita dengan memperbanyak doa. Mumpung kita berada di bulan diijabahnya semua doa. Yakinlah dengan kemurahan-Nya, terutama di bulan Ramadhan, syahrud du’a, bulan penuh doa.

“Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah Hati. Allah Malu bila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.” (HR. al-Hakim).

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Wednesday, March 5, 2014

Semarak World Hijab Day Mewarnai Dunia

menjaga wudhu

SALAM DAKWAH --  World Hijab Day atau Hari Hijab Sedunia yang mulai diperingati pada 1 Februari 2013 mulai menuai hasil, adalah buah pikiran Nazma Khan seorang gadis Muslim berkebangsaan Amerika Serikat (AS) yang mengguncang dunia.

Nazma Khan berani menyuarakan kebebasan ditengah gejolak sekulerisme di AS. Melalui gerakan World Hijab Day yang akan selalu diperingati pada 1 Februari setidaknya telah menjadi hari penting bagi para muslimah untuk kewajibannya menggunakan jibab sesuai tuntunan syariat Islam.

Di AS, 1 Februari dalam peringatan World Hijab Day atau Hari Jilbab Sedunia, telah menarik simpati lebih dari 1 juta orang terdiri dari Muslimah, uniknya World Hijab Day ini pun diikuti oleh wanita non-Muslim yang turut serta bergabung.

Pendapat Warga Dunia Terkait World Hijab Day
"Saya tidak terlatih menggunakan apa yang Anda sebut sebagai jilbab, anda tinggal memasukkannya ke kepala Anda. Namun saya menemukan bahwa jangkauannya sangat luas. " ujar Jess Rhodes, 21 tahun, seorang mahasiswi dari Norwich Inggris.

Jess Rhodes sangat ingin mencoba penutup kepala, tetapi sebagai seorang non-Muslim, dia tak pernah berpikir bahwa itu merupakan sebuah pilihan.

Jadi ketika temannya memberikan peluang untuk memakai jilbab, dia menyanggupinya. "Dia meyakinkan saya bahwa saya tidak perlu menjadi Muslim, ini hanya soal kesopanan, meskipun dikaitkan dengan Islam, jadi saya pikir, mengapa tidak?"


Rhodes merupakan salah satu dari ratusan non-Muslim yang akan menggunakan jilbab dalam peringatan pertama Hari Hijab Sedunia pada 1 Februari.

Jejaring Sosial
Peringatan yang diorganisasi oleh seorang perempuan asal New York, Nazma Khan, dan disebarkan melalui situs jejaring sosial ini telah menarik perhatian Muslim dan non-Muslim di lebih dari 50 negara di seluruh dunia.

Bagi banyak orang sekuler dan liberal yang apatis pada simbol ketundukan pada syariat Allah, hijab merupakan simbol penindasan dan perbedaan, dan menjadi perdebatan—mengenai Islam—di negara-negara Barat.

Hari Hijab Sedunia dirancang untuk meredakan kontroversi itu, dan mendorong perempuan non-Muslim (perempuan Muslim yang tidak menggunakannya) untuk menggunakan dan mengalami seperti apa menggunakan jilbab, sebagai bagian dari upaya untuk saling memahami.

"Tumbuh di Bronx, di NYC, saya mengalami diskriminasi yang besar karena hijab saya," kata penyelenggara, Khan, yang pindah ke New York dari Banglades pada usia 11 tahun. Dia merupakan satu-satunya hijabi (istilah untuk pemakai jilbab) di sekolahnya.


"Di sekolah menengah, saya ibarat 'Batman' atau 'ninja,'" kata dia. "Ketika saya kuliah tak lama setelah peristiwa 9/11, mereka memanggil saya Osama bin Laden atau teroris. Itu sangat mengerikan. Saya berpikir, satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi ini adalah jika kita meminta rekan kita untuk merasakan sendiri pengalaman berhijab."


Khan tidak menyangka akan mendapatkan dukungan dari seluruh dunia. Dia mengatakan telah dihubungi oleh puluhan orang dari berbagai negara, termasuk Inggris, Australia, India, Pakistan, Perancis, dan Jerman. Informasi mengenai kelompok ini telah diterjemahkan ke dalam 22 bahasa.

Melalui jejaring sosial ini, Jess Rhodes terlibat. Rekannya, Widyan Al Ubudy, tinggal di Australia dan meminta teman Facebook-nya untuk ikut terlibat.

Reaksi
"Reaksi langsung dari orangtua saya adalah mempertanyakan, apakah ini ide yang baik, "Kata Rhodes, yang memutuskan untuk menggunakan jilbab selama satu bulan. Mereka khawatir saya akan diserang di jalanan karena adanya kesenjangan toleransi."


Rhodes juga khawatir dengan reaksi ini. Namun setelah delapan hari menggunakan jilbab, dia terkejut dengan situasi positif yang dialaminya. "Saya tidak dapat menjelaskan, tetapi orang-orang sangat membantu, terutama di toko-toko," kata dia.

Esther Dale (28), yang tinggal di negara bagian California, AS, merupakan seorang perempuan non-Muslim lain yang mencoba menggunakan jilbab pada hari ini. Ibu dari tiga anak ini diberi tahu oleh seorang temannya yang merupakan seorang hijabi.

Sebagai penganut Mormon, Dale paham pentingnya keyakinan dalam kehidupan sehari-hari, dan tuduhan yang didapat karena pakaian yang dikenakan. Dia mengetahui stigma terhadap penutup kepala dan berharap kesempatan ini dapat digunakan untuk menghapusnya.


"Saya mengetahui mengenai kesantunan dalam perilaku, tidak hanya pakaian dan hanya merupakan asumsi yang salah jika perempuan menggunakannya karena dipaksa, terutama di AS," kata dia. "Ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendidik orang bahwa Anda tidak dapat memberikan tuduhan yang akurat terhadap seseorang berdasarkan apa yang mereka kenakan," kata Dale.


Sumber : VOA-ISLAM.com