Monday, July 14, 2014

Berbagi Cinta Ala Rumah Zakat

Bingkisan Cinta Rumah Zakat

Zakat itu mensucikan. Bila saudaraku ingin menyalurkan zakat, Rumah Zakat Indonesia bisa dijadikan wadah untuk menyalurkan zakat untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan. Untuk memudahkan, bantuan bisa disalurkan dengan cara mentransfer via ATM terdekat ke rekening-rekening donasi Rumah Zakat Indonesia.


Berikut Daftar No. Rekening Rumah Zakat Indonesia

Bank BCA
0943-0160-01 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

Bank BNI Syariah
1555- 555-589 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia
Bank BRI
1141-0100-0127-304 a/n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

Bank Mandiri
1320-0048-19745 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia

Bank Muamalat
10100-82208 a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia


Info Selengkapnya di http://rumahzakat.org

Thursday, July 10, 2014

Tips Melatih Anak Kecil Berpuasa

Tips Melatih Anak Kecil Berpuasa


Sahabat Keluarga Salam Dakwah yang dirahmati ALLAH,

Generasi salaf adalah generasi teladan. Muslim maupun muslimahnya, orang dewasa maupun anak kecilnya, dalam perkara ibadah maupun muamalah.

Melatih anak kecil yang belum mukallaf untuk turut beribadah bersama kaum muslimin agak sulit, namun berikut salah satu cara melatih agar anak bisa belajar berpuasa.

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz; dia berkata, “Rasulullah mengutus untuk mengumumkan pada pagi hari asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah.

Barang siapa yang pagi hari ini berpuasa, hendaklah menyelesaikannya. Barang siapa yang tidak berpuasa (sudah sarapan), hendaknya menahan (makan dan minum) sampai selesai.’

Setelah adanya pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa. Kami juga mengajak mereka ke masjid dan memberikan mereka mainan dari kulit (wol). Jika mereka menangis karena lapar, kami menyodorkan mainan sampai waktu berbuka puasa tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Meski anak-anak tersebut masih kecil, ternyata masih ada orang besar yang kalah dari mereka.


Kasihan, ‘kan masih kecil

Di sinilah perlunya orang tua bersikap jeli. Setiap anak dikaruniai kemampuan jasmani maupun rohani yang berbeda. Oleh sebab itu, orang tua hendaklah mampu menyadari seberapa siapkah anak mereka untuk dilatih berpuasa. Tidak menutup kemungkinan seorang anak berusia 3 tahun sudah mampu menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Sebaliknya, boleh jadi ada anak berusia 6 tahun yang hanya mampu berpuasa “beduk” (latihan berpuasa sampai waktu zuhur).

Sepatutnya orang tua menanamkan kepada anak tentang rasa cinta terhadap ibadah kepada Allah. Anak yang tumbuh dengan asuhan demikian, insyaAllah akan menyemai manisnya iman kala ia dewasa nanti. Bila orang tua memaksa anak untuk berpuasa di luar batas kemampuan si anak, ibadah yang sejatinya indah malah berubah jadi rasa susah.

Jika orang tua sukses dalam ajang latihan ini, tentu tak perlu risau dengan komentar, “Kenapa sudah diajak puasa? Kasihan, ‘kan dia masih kecil.”


Penghibur hati selain mainan wol

Dunia anak itu berwarna-warni. Bagai pelangi.

Niat orang tua untuk meraih ridha Allah pasti akan dibuktikan dengan usaha yang cerdas, tanpa emosi yang kembang-kempis. Kita tengok generasi salaf; mereka buatkan mainan penghibur hati bagi si buah hati. Tujuannya? Tentu untuk mengalihkan perhatian si kecil dari makanan dan minuman.

Pandai-pandailah melihat kecenderungan anak. Di zaman shahabat, mainan wol mungkin sudah yang termanis untuk anak-anak. Adapun di zaman sekarang, sesuaikan dengan keadaan. Jika anak Anda senang ikut memasak dengan Anda, izinkan dia ikut serta bersama Anda di dapur. Jika anak Anda suka dibacakan buku cerita, luangkan waktu menemaninya. Pastinya perlu kita ingat selalu, penghibur bagi anak mestilah sesuatu yang tidak melanggar batasan syariat Allah Ta’ala.


Sahur bergizi, iftar bernutrisi

Anda tak perlu takut anak Anda kekurangan gizi gara-gara berpuasa sehari penuh. Yang harus dilakukan adalah menyediakan menu sahur yang bergizi serta iftar yang bernutrisi. Jangan asal enak tapi tak sehat. Jangan pula asal kenyang tapi miskin kandungan gizi. Seimbangkan menu sahur dan buka puasanya: nasi dan lauk pauk (sayur, ikan, tempe, tahu, ayam, atau daging), susu, kurma, serta pilihan makanan dan minuman sehat-bernutrisi lainnya.

InsyaAllah raga anak tak ‘kan sengsara. Bahkan bisa jadi badannya malah jadi lebih bugar karena waktu makannya yang lebih teratur (sahur dan iftar). Apalagi bila Anda tambahkan dengan camilan sehat secukupnya pada malam hari, seperti buah atau bubur kacang hijau.

Latih secara bertahap
Berpuasa memerlukan kesiapan fisik dan mental. Jika ingin melatih anak kecil berpuasa, lakukan secara bertahap:
1. Jika orang tua berpuasa senin dan kamis, anak bisa diajak serta.
2. Uji coba dengan puasa ”beduk”. Jika anak masih kuat, lanjutkan puasanya hingga penuh sehari.
3. Lebih kerap memberi kalimat motivasi, Enak ya puasa.” ”Allah sayang orang Islam yang rajin puasa.” ”Kita puasa supaya dapat banyak pahala. Kalau pahala tambah banyak, insyaAllah kita bisa masuk surga. Di surga itu enak, banyak teman yang baik-baik.
4. Sajikan hidangan kegemaran anak sebagai menu berbuka untuknya. Ketika menyiapkan hidangan tersebut, sampaikan kepadanya, InsyaAllah kita makan ini kalau berbuka puasa nanti.
5. Ketika berbuka, motivasi anak dengan nikmatnya berbuka setelah berjuang berpuasa sehari penuh, Alhamdulillah, enak ya kita bisa buka puasa. MasyaAllah, anak Ummi hebat! Kapan-kapan insyaAllah kita puasa lagi ya.”

Tantangan dan solusinya

Membangunkan sahur
- Tidurkan lebih awal pada malam sebelumnya, sembari ingatkan, ”Besok insyaAllah kita semua akan bangun makan sahur.”
- Bangunkan anak secara perlahan dan lembut. Bila perlu, gendong dia hingga ke tempat makan. Jangan jemu membujuknya untuk makan sahur.
- Setelah bangun, ajak anak mencuci tangan dan muka, supaya tubuhnya lebih segar.
- Ajak berbincang supaya kantuknya hilang.

Menahan keinginannya untuk menyentuh makanan dan minuman saat kita tidak melihat.
1. Ingatkan bahwa Allah Maha Melihat.
2. Perhatikan kondisi fisiknya. Indikator yang mungkin dipakai: masih kuat bermain dan berlari-lari atau tidak.
3. Jika anak terlihat lemas, jangan paksa dia berpuasa. Namun jika terlihat masih kuat, semangati dia dengan janji pahala dan kecintaan dari Allah.
4. Dari hari ke hari, seiring semakin seringnya anak berlatih puasa, insyaAllah dia akan lebih mudah mengendalikan dirinya saat melihat makanan dan minuman sebelum waktu berbuka tiba.
5. Selain itu, fisiknya lebih terbiasa, sampai-sampai kemungkinan anak akan tetap penuh energi bermain meski sedang berpuasa.

Belum bisa membedakan waktu zuhur, ashar, dan maghrib (ada sebagian anak yang mungkin mengira bahwa ”azan” adalah pertanda boleh berbuka).

1. Ajarkan anak tentang waktu-waktu shalat (shubuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isya).
2. Sampaikan bahwa orang boleh berbuka bila azan maghrib sudah berkumandang.
3. Seiring seringnya anak berlatih puasa, insyaAllah dia akan semakin pandai membedakan waktu-waktu tersebut.
4. Ingatkan bahwa yang menjadi tanda waktu berbuka adalah azan maghrib. Jadi, meski makanan dan minuman sudah dihidangkan di meja beberapa menit sebelum itu, dia belum boleh makan dan minum. Dia mesti menunggu sampai azan berkumandang.

Rajin puasa, mesti rajin shalat juga

Masa melatih anak berpuasa sekaligus bisa jadi kesempatan emas untuk melatihnya disiplin shalat fardhu lima waktu. Jelaskan kepada anak bahwa percuma saja orang berpuasa bila tak shalat. Meski anak kecil memang belum mukallaf, tapi akan sangat baik bila sejak belia mereka telah paham tentang betapa pentingnya shalat dalam Islam.

Selain shalat, anak juga bisa diperkenalkan dengan berbagai amal shalih yang lain, seperti membaca Al-Quran dan banyak berzikir serta beristighfar.

Hadiah di balik kertas kado

Tiba saatnya Anda tunjukkan kebahagiaan Anda atas keberhasilannya berpuasa. Bentuknya bisa berupa ucapan, “Alhamdulillah. Hari ini anak Ummi bisa berpuasa sehari penuh. Ummi bahagia.” Bisa pula berupa hadiah yang dibungkus manis dengan kertas kado. Boleh juga bila hadiah itu berbentuk rekreasi ke pantai, ke taman bermain, atau ke kebun binatang.

Sudah terbukti

Para Pembaca yang kami hormati, tulisan ini disajikan tentunya berlatar bukti yang sudah terjadi. Alhamdulillah – atas pertolongan Allah – ternyata ada anak-anak kaum muslimin yang berhasil berpuasa pada usia 3 tahun, bahkan ada pula yang lebih muda dari itu. Yang membuat kita lebih bersyukur lagi, puasa hamba-hamba Allah yang masih sangat belia ini ternyata berlangsung sejak fajar terbit sampai tenggelamnya mentari. Ini berlangsung selama berhari-hari, baik pada bulan Sya’ban, sebulan penuh Ramadhan, bahkan enam hari pada bulan Syawal.

Jumadil Akhir sudah tiba; kesempatan untuk mulai berlatih berpuasa terbuka lebar untuk buah hati Anda. Semakin mendekati Rajab, kemudian Sya’ban, hingga tiba pada Ramadhan, insyaAllah. Gandeng tangannya menuju kecintaan dalam ibadah kepada Allah. Hingga suatu hari telinga Anda berkesempatan mendengar dari lisannya, “Ummi, saya senang puasa.” “Abi, saya senang makan sahur.” “Ummi, besok insyaAllah kita puasa lagi ya ….

Selalulah jaga keikhlasan Anda sebagai orang tua, jauhkan dari rasa riya’ dan sum’ah, hindari sikap pamer dihadapan manusia. Bahagia atas amal shalih sang buah hati adalah rahasia manis yang Anda simpan di hati. Berdoalah kepada Allah agar anak-anak Anda menjadi penyebab Anda bisa menghuni surga Firdaus, tanpa hisab dan tanpa azab.

Segala kemudahan datang dari Allah. Tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla.

Marji’ Shahih Al-Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah.

Penulis : Athirah Ummu Asiyah/Muslimah

Sumber : Voa-Islam.com

Monday, June 30, 2014

Perkara yang Mengurangi / Menghancurkan Nilai Puasa

Happy_Ramadhan

Assalaamu alaikum wa rahmatullahi wa barkaatuhu..

Sahabatku mari kita simak wasiat Rasulullah agar puasa kita tidak sia sia, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak memerlukan ia meninggalkan makan dan minumnya", dalam riwayat lain, "Betapa banyak diantara manusia yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan hasil dari puasanya kecuali lapar dan haus” (HR Bukhori Muslim).

Sahabatku, inilah diantara perkara yang mengurangi bahkan menghancurkan NILAI PUASA kecuali hanya lapar haus:

1. Dusta,
Baca : Bahaya Dusta

2. Gossip,

3. Marah,
Baca : Bahaya Marah

4. Sumpah Palsu,
5. Mencaci,

6. Melihat dengan Syahwat,
7. Berkata Kotor,
Baca : Bahaya Berkata Kotor

8. Tidak Sholat,
9. Memfitnah, dan sebagainya segala bentuk ma'siyat.
Baca : Bahaya Penyebar Fitnah

"Semoga Allah bimbing kita semua meraih puasa yang diterima oleh Allah...aamiin".

Mohon sebarkan hikmah ini agar semua ibadah sahabat kita diterima Allah, dan jangan lupa sebelum rehat malam ini berwudhu, berdoa, berzikir sampai tertidur dan berazam sholat malam sebelum sahur.

Sunday, June 8, 2014

Meraih Mulia, Gelar Janda tak selamanya dibenci Allah

muslimah1
Bismillahirrohmanirrohim,

Hap... Kulangkahkan kakiku agak berjinjit melewati sedikit rongga antara busway dengan koridor sambil kuucapkan "Subhanalladzii sakhhorolana haadza wama kunna lahu mukriniin".

Sejenak kulayangkan pandanganku mengelilingi seisi bus, berburu tempat duduk yang kosong. Alhamdulillah, kudapatkan tempat duduk di deretan bangku dibelakang bang sopir. Sejenak bibirku sibuk komat-kamit menghafal surah Al Kahfi sedikit mengamalkan sunnah di hari Jum'at.

Baru kusadari, ternyata ibu yang duduk di sampingku mengamatiku dari tadi. Itu pun baru kusadari setelah sang ibu menyapaku dengan pertanyaan yang membuatku sedikit manyun.
 
"Mbak... Baca mantra apa mbak?"

"Eh... Anu bu, bukan baca mantra, tapi baru ngapalin surah Al Kahfi" kujawab sambil cengar-cengir.
 
"Ooooo... Kirain baca mantra, berangkat ngantor mbak?" Tanya sang ibu kembali.
 
"Iya bu" kujawab singkat.
 
"Kok sendirian mbak? Suaminya beda kantor ya?" Sang ibu bertanya lagi sambil menatapku dari atas sampai bawah.

"Maaf bu, saya single, saya janda" ku jawab lirih.

"Janda mbak? Masak jilbabnya besar bisa jadi janda? Kok bisa bercerai sih mbak?" Tanya sang ibu agak ketus. Seolah-olah aneh banget kalau ada janda berjilbab besar. Belum sempat kujelaskan sebab jandaku karena suamiku telah meninggal dunia, bukan karena cerai, ee... ibu itu keburu turun dari busway.
 
Alhamdulillah busway yang ku naiki telah sampai. Hup... Alhamdulillah... Kulangkahkan kakiku keluar dari busway dengan membawa pertanyaan yang belum pernah ku pikirkan. Tiba-tiba otakku membuat skema matematis atas respon negatif dari ibu penumpang busway tadi.

"Cerai hukumnya kan boleh tapi dibenci Allah. Cerai sesuatu yang dibenci Allah. Berarti kalau ada seseorang yang bercerai berarti melakukan sesuatu yang nggak baik kan, karena melakukan perbuatan yang dibenci Allah. Berarti bener ibu tadi dong yang menganggap aneh disaat melihatku yang berkerudung besar tapi menyandang predikat JANDA." Iya... ya.. Aku kok baru mikir sampai ke sana ya?

***

Alhamdulillah, selesai juga tugas kerjaku hari ini. Kusandarkan badanku di kursi yang sudah tiga tahun ini setia menemani hati-hariku. Kaku terasa leher ini, mata terasa berat dan badan rasanya habis digebukin seisi kantor (terlalu lebay ya...).

Tapi serius, badanku memang capek banget. ASTAGHFIRULLOH... Spontan aku berteriak saat ada tangan yang meraba pundakku. Ee... ternyata tangan sahabatku Fatimah.

"Kaget banget aku... Untung jantung ku nggak copot" aku nyeletuk ketus sambil mencubit tangan Fatimah".

"Hayo... Ngelamunin apa...?" Ledek Fatimah.

"Nanti malam ada acara enggak?"

"E... Kasih tahu enggak ya..." Jawab ku menggoda.

"Nanti ba'da Isya' ikut aku yok..." Ajak Fatimah.

"Mau kemana? Sorry kalau jalan-jalan lho..." Jawabku

"Insya Allah nanti malam ikut aku ndatengin kajian di Masjid Mujahidin yok, biyar enak Insya Allah nanti aku jemput jam 06.30 ya...

"Oke cantik..." Sambil ku tarik hidung Fatimah"

SubhanAllah... di Masjid sudah banyak jama'ah yang hadir. Setelah sholat Isya' berjama'ah kajian dimulai. Katanya sih yang ngisi Ustadz Abu Azka.
 
"Set....set... Materinya apa sih?" Ku colek Fatimah yang lagi asik melipat mukenanya.

"Sabar noon... ku buka jadwal kajian dulu ya..., kalau ustadz Abu Azka biasanya kalau nggak Aqidah ya masalah-masalah hidup kita gitu... " Jawab Fatimah sambil membolak-balik buku agendanya.

Belum sempat Fatimah memberikan jawaban ternyata sudah terdengar suara salam dari moderator pertanda kajian akan dimulai. Para muslimah tidak bisa melihat pemateri karena di depan terbentang kain berwarna hijau sebagai pembatas antara Ikhwan dan akhwat.

Tak terasa waktu satu jam sudah berlalu. Telingaku sibuk mengikuti alur untaian ilmu yang kudengar.

Sampai satu kalimat yang membuatku tanpa sadar manggut-manggut sendiri. Saat sang ustadz menjelaskan "Ayuhal ikhwah.. Segala apapun kejadian-kejadian yang kita alami dalam hidup ini pastilah sudah ada ketetapan hukum dari Allah. Namun ketetapan hukum itu akan mengikuti kehidupan kita atas realita yang terjadi. Maka seorang Muslim haruslah pandai memahami realita masalah yang terjadi, sehingga tepat dalam mengistimbat (menyimpulkan) hukumnya.

Contoh.. Menikah pada hukum dasarnya adalah sunnah, namun bila ada seorang anak kecil baru kelas satu SD minta dinikahkan. Dalam kasus ini hukum nikah akan berubah menjadi haram. (Mendengar kalimat itu, Fatimah kulirih cengar-cengir).

Pun demikian dalam masalah cerai. Hukum asalnya yaitu diperbolehkan oleh Allah namun dibenci. Hukum cerai pun bisa berubah menjadi wajib dikala salah satu pasangan berpindah agama atau terang-terangan menolak hukum Allah dan Rasulullah-Nya. Karena bila pernikahan itu dipertahankan akan membahayakan iman pasangannya. Ini merupakan syari'at Allah yang mengajarkan kepada kita untuk mencintai Allah dan RasulNya jauh diatas kecintaan pada yang lainnya."

Tiba-tiba ada suara seorang jama'ah nyeletuk "Berarti ada seorang yang bercerai tapi mendapatkan kemuliaan dihadapan Allah tadz?"

Kemudian ustadz menjawab "Iya, dikala pilihan bercerai ya atas dasar karena ingin menyelamatkan iman, bukan karena kepentingan nafsu atau dunia semata".

SubhanAllah... Terjawab pertanyaan ku siang tadi. Berarti tidak semua terjadinya perceraian dibenci oleh Allah, bahkan ada perceraian yang mendapatkan kemuliaan disisi Allah bila syari'atlah yang menjadi pertimbangan.

Tak terasa satu setengah jam berlalu. "Kalau ada kajian kayak gini aku diajak lagi ya..." Pintaku pada Fatimah sambil keluar dari Masjid.

"Siap bos..." Jawab Fatimah agak genit.

"Ya Allah... Indah dan sempurnanya syari'at yang telah Engkau berikan lewat nabiMu yang mulia.


Sumber : voa-islam.com

Monday, June 2, 2014

Monica, Aktris India yang Kembali Pada Islam

monica-aktris-india-yang-menjadi-mualaf

SALAM DAKWAH -- KAIRO –- Aktris muda terkenal India, Monica telah memutuskan untuk meninggalkan kehidupan masa lampaunya dan memilih kembali ke Islam. Ia memakai jilbab dan memutuskan keluar dari industri film.

"Saya beralih kepada Islam bukan karena alasan cinta atau uang,” katanya sebagaimana dikutip Muslim Mirror, Ahad (1/6).

Alasan memilih Islam, lanjut dia, sebab ia menyukai dan merasa nyaman dengan prinsip-prinsip Islam. Meski begitu, keputusannya untuk meninggalkan industri perfilman sempat membuatnya merasa kehilangan, namun ia bertekad untuk tidak mengubah pikirannya.

Sebagaimana dilansir media di India, keputusan Monica diumumkan saat konferensi pers pada hari Jumat di mana ia merilis foto yang menunjukkan dirinya mengenakan kostum sederhana tradisional dengan jilbab. Ia pun tidak mengungkapkan alasan lebih lanjut terkait keputusannya bergabung dengan agama yang perkembangannya tercepat di seluruh dunia itu. Selain itu, Monica juga mengubah namanya menjadi MG Rahima.

Monica memulai kariernya sebagai artis anak-anak di Tamil bioskop dan telah bermain di lebih dari 50 film. Wajahnya juga sempat menghiasi industri film di India Selatan seperti Telugu, Malayalam dan Kannada.

Monica memenangkan Tamil Nadu Negara Award sebagai aktor anak terbaik untuk penampilannya dalam Vijaykanth, film yang juga dibintangi En Aasai Machan yang dikenal untuk beberapa film Tamil seperti Azhagi, IMSAI Arasan 23m Pulakesi dan Silandhi.

Pada tahun 2001, Monica telah mengubah namanya menjadi Paravana untuk industri film Malayalam. Aktris ini terakhir tampil dalam film Tamil Jannal Oram yang dirilis pada November 2013 lalu.

Monica bukanlah selebriti India pertama yang memeluk Islam tahun ini. Sebelumnya pada Februari, musisi AR Rahman dan Yuvan Shankar Raja telah mengambil keputusan yang sama untuk menjadi muallaf. Ada sekitar 180 juta Muslim di India yang berpenduduk mayoritas Hindu.


Sunday, May 18, 2014

Berjabatan Tangan Menggugurkan Dosa

berjabatan tangan menggugurkan dosa

SubhanAllah walhamdulillah sahabat sholehku,

inilah "amila qoliilan wa ujiro katsiron" amalnya ringan tetapi ganjarannya sangat besar. Abang yaqin kalian sangat ingin tahu amal inikan?

Simaklah nasehat RASULULLAH, "Bila seorang muslim bertemu dengan saudaranya sesama muslim, lalu menjabat tangannnya, maka dosa keduanya akan berguguran sebagaimana daun-daun yang berguguran dari sebatang pohon yang kering pada hari ketika terjadi angin ribut. Jika tidak maka keduanya akan diampuni meskipun dosa mereka sebanyak buih di lautan (HR Thabrani).

SUBHANALLAH, indahkan Islam itu sahabat sholehku, kini saatnya tidak lagi menganggap biasa jabat tangan apalagi sampai meremehkan!

Ya Allah, Hiasilah hati kami dengan Ridho dan Berkah-Mu. Aamin.

Wednesday, March 12, 2014

Menyambut Malam Kemuliaan

marhaban ya ramadhan

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu..

Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar), seperti kita ketahui adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maha Benar Allah ketika menyebutkan bahwa tamu agung Ramadhan hanyalah ayyaam ma’dudaat (beberapa hari yang telah ditentukan) cepat dan singkat, namun Ramadhan tetap berisikan kemuliaan dan keberkahan.

Kalangan ulama tafsir banyak yang menafsirkan ayat sumpah Allah dalam surat al-Fajr, bahwa layalin ‘asyr (dan demi malam yang sepuluh) maksudnya adalah malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Walaupun banyak pula yang menafsirkan maksudnya adalah sepuluh malam bulan Dzulhijjah, dan ada pula yang mengatakan sepuluh hari pertama bulan Muharram. Semua penafsiran bisa jadi benar, karena masing-masing mempunyai dalil-dalil yang mendukung.

Pada hari-hari terakhir ini baginda Nabi Muhammad Saw bersiaga penuh mengisi malam-malamnya. Sampai-sampai beliau mengasingkan diri dari istri-istrinya, beri’tikaf di dalam masjid, beribadah dan bermunajat kepada ALLAH Swt sebagai kesempatan akhir “ngalap berkah” bulan Ramadhan. Tak heran seperti diriwayatkan oleh istri beliau, Sayyidah Aisyah ra bahwa Rasulullah Saw bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang tidak dilakukannya pada bulan-bulan yang lain.

Mengapa Nabi Muhammad Saw mendorong umatnya untuk melipat gandakan ibadah dalam waktu tersebut?

Jawabnya singkat, karena pada malam-malam bulan Ramadhan tersebut, terutama pada malam-malam yang ganjil terdapat Lailatul Qadar. Malam yang sangat istimewa dan semua orang berlomba memburunya, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagai bonus hadiah Ilahi bagi orang yang ikhlas mengabdi kepada-Nya.

Lailatul Qadar ibarat benda elok yang sangat indah namun langka. Tak heran bukan perkara yang mudah untuk meraihnya, karena mahal harga belinya. Malam kemuliaan tersebut hanya dapat dibeli dengan pengorbanan jiwa raga, dengan amalan-amalan ibadah yang telah dituntun Nabi Muhammad Saw seperti Qiyamul lail (shalat tahajjud), berpuasa sesuai syar’i, tilawah dan tadarus Al-Qur’an dengan tadabbur, berdoa, dzikir, memperbanyak istighfar, muhasabah diri, perbanyak sedekah serta amalan ma’ruf lainnya untuk diri sendiri, keluarga dan masyrakat pada umumnya.

Kenapa kehadiran Lailatul Qadar dirahasiakan?

Karena sesuatu yang mahal dan langka tentu dirahasiakan dan tidak diobral. Agar umat bersemangat untuk memburunya, dan agar ibadah tidak hanya dilakukan pada waktu tertentu saja, namun pengabdian haruslah langgeng terus dilakukan selama hayat masih di kandung badan.

Merugilah kita yang luput dari peningkatan ibadah pada injury time Ramadhan ini. Kebahagiaan mukmin sebenarnya bukan hanya karena mendapatkan bonus pahala Lailatul Qadar dan sejenisnya, namun kebahagiaan mukmin adalah saat dirinya mengabdi, mohon ampun, berserah dan tunduk kepada pencipta-Nya, karena itulah nikmat terbesar yang tiada taranya.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman, kemuliaan akhlak dan ketaatan beribadah kepadaMu...aamiin,

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Untuk Sebuah Tropi Sang Juara

pemenang
SALAM DAKWAH – Secara teoritis, boleh jadi sebagian besar dari kita telah mengetahui dengan baik keagungan sepanjang bulan Ramadhan. Namun kebanyakan dari kita, tidak cukup bisa menerjemahkan dalam praktiknya. Jujurlah kita akui bahwa kita masih jauh panggang dari api. Kita sering lari sekencang-kencangnya di awal Ramadhan bak seorang sprinter. Namun dipertengahan Ramadhan kita sudah kelelahan atau bahkan kehabisan tenaga. Dan diakhir Ramadhan, justru kita tidak lagi ingat dengan perlombaan yang sedang kita ikuti ini. Kita justru disibukkan dengan urusan mudik, THR, pakaian baru, aneka makanan untuk lebaran dan lain sebagainya. Entahlah apakah kita berujung di garis finish. Tapi hal yang pasti kita tidak bakal naik ke podium sebagai Sang Juara.

Rasulullah Saw sejak pertama kali disyariatkan puasa Ramadhan telah memberi keteladanan (uswah) bagaimana cara memaksimalkan bulan penuh berkah ini. Pada sepuluh akhir (‘asyrul awakhir) beliau berlari begitu kencang. Segenap waktu, pikiran, dan tenaganya dikonsentrasikan untuk menyentuh garis finish yang terbaik. Beliau tinggalkan seluruh urusan yang tidak ada kaitannya dengan ibadah dan peningkatan amal kebaikan. Beliau fokus dan total taqarrub kepada ALLAH Swt. Semua bentuk ibadah ditingkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Semua itu demi menyabet sebuah Tropi Sang Juara, manusia takwa di sisi-Nya.

Dalam hal menghidupkan malam, maka Rasulullah Saw adalah yang selalu meningkat kualitasnya. Sahabat Hudzaifah bin Yaman pernah bermakmum shalat malam di luar Ramadhan. Dalam rakaat pertama shalat malam, beliau membaca tiga surah sekaligus; al-Baqarah, an-Nisa, dan Ali Imran. Artinya dalam satu rakaat beliau membaca 5 juz lebih (seperti diriwayatkan oleh imam Muslim). Itu di luar Ramadhan. Bagaimana kiranya di bulan penuh keagungan ini, beliau menambah lipatan ibadah shalat malamnya. Terlebih lagi di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Sekali lagi, untuk sebuah tropi sang juara maka mutlaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam ibadah; shalat tarawih dan witir harus lebih lama, bacaan Al-Qur’an juga harus lebih banyak, zikir dan istighfar pun diperhebat lagi. Tentu disertai dengan muhasabah diri.

Sahabatku yang dirahmati ALLAH, kita belum sama sekali terlambat. Perlombaan sesungguhnya kembali segera kita mulai. Bersiaplah, ambil ancang-ancang, lari sekencang-kencangnya di putaran akhir nanti, dan tataplah garis finish. Bertekadlah menjadi Sang Juara agar ALLAH Swt menyematkan tropi “takwa” kepada kita semua.

Allahumma ya Allah yang Menguasai setiap hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam kelezatan iman dan ketaatan kepadaMu...aamiin,