Saturday, September 21, 2013

Bekal Perjalanan Akhirat

Bekal Akhirat Menerangi Gelapnya Alam Kubur

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.

Sahabatku yang dirahmati ALLAH, kalau kita bepergian jauh dan lama, maka kita pun akan mempersiapkan bekal selama perjalanan itu. Lantas bagaimana perjalanan sakratul maut, alam kubur dan kehidupan akhirat yang kita hidup disana bukan seadad, bukan sejuta abad tetapi selama-lamanya.

Sudahkah kita berfikir tentang Bekal Perjalanan Akhirat? 

Bagaimana dengan mereka yang telah bertahun-tahun di alam kubur?

Rasulullah bersabda, "Umatku yang paling cerdas, paling mulia, paling sukses adalah umatku yang paling banyak "Dzikrul maut" ingat mati, lalu mempersiapkan diri menghadapi kematian".

“Sesungguhnya kehidupan akhirat itulah sebenar-benarnya kehidupan” (QS 29:64), sementara waktu untuk mengumpulkan bekal di akhirat terlalu sebentar, sambutlah dahsyatnya akhirat dengan kesungguhan taubat dan taat, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (QS 2:1)

SubhanAllah, sahabatku fillah jangan lupa perbanyaklah beribadah, sebelum tidur selalu berwudhu, berdoa, berzikir, dan berniat untuk bangun sholat malam...

SubhanakAllahuma wabihamdika, asyhadu alla ilaha ila Anta, astaghfiruka wa atubu ilaih

Untuk Apa Hidup

untuk apa hidup

Ustadz, tolong jelaskan arti kehidupan di dunia ini agar hidup saya terarah jelas?

Sahabatku orang yang paling berbahagia adalah orang yang faham Untuk Apa Hidup di dunia ini:

1. TUJUAN hidup hanya mencari Ridho ALLAH (QS Al Bayyinah: 5),

2. PERANAN hidup sebagai kholifah (QS Al Baqoroh: 30),

3. TUGAS hidup mengabdi pada ALLAH (QS Adz Dzariyat: 56),

4. PEDOMAN hidup adalah Alqur'an (QS Al Baqoroh: 2),

5. TELADAN hidup adalah nabi Muhammad Saw (QS Al Ahzab: 21),

6. SAHABAT hidup adalah orang orang beriman (QS Al Hujarat: 10),

7. ALAT hidup adalah harta, tahta dan semua potensi (QS Al Qoshosh: 77),

8. MUSUH hidup adalah syetan (QS Yasin: 60).

9. Orientasi hidup adalah keselamatan di Akhirat, "Sesungguhnya kehidupan di dunia ini adalah KESENANGAN SEMENTARA, dan Sesungguhnya kehidupan akhirat adalah "daarul qoroor" RUMAH SELAMA LAMANYA" (QS Al Mu'min: 39).

SubhanALLAH, kini sudah jelas untuk apa hidup sesaat ini, sahabatku, "Semoga ALLAH menancapkan kekuatan iman di hati kita dan kesenangan taat di tengah glamor godaan dunia ini...aamiin".

Jangan lupa sebelum rehat, berwudhu, berdoa, berzikir sampai tertidur dan berazam untuk sholat malam sahabatku.

Friday, September 20, 2013

Shalat Tahajud dan Kemuliaan-Nya

shalat tahajud dan kemuliaan-Nya

Assalaamu alaikum wa rahmatullahi wa barkaatuhu

Sahabatku tercinta fillah, bacalah dengan iman surah al Isra ayat 79, “Hendaklah kalian bangun disebagian malam untuk sholat tahajjud sebagai sholat sunnah tambahan bagimu, niscaya Allah akan menempatkanmu pada "maqoomam mahmuuda"  kedudukan  yang terpuji".

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kemuliaan seorang mu'min itu ada pada sholat malam-nya". Sungguh terpuji dimata Allah, dimata para Malaikat-NYA dan dimata mahluk-NYA bagi penegak tahajjud. 

Sembilan Kemuliaan Shalat Tahajud 
Rasulullah bersabda, "Barang siapa menjaga sholat tahajud dengan sungguh-sungguh, maka Allah memberinya sembilan kemuliaan, terdiri dari lima kemuliaan di dunia dan empat di akhirat.

Di dunia :
  1. Allah jauhkan dari bencana
  2. Tanda kesholehan memancar diwajahnya
  3. Akan dicintai hamba Allah yang sholeh pula dan disegani manusia
  4. Bicaranya jadi hikmah dan berwibawa
  5. Mudah memahami Agama Allah.
Di akhirat :
  1. Bangkit dengan wajah penuh cahaya
  2. Mudah saat di hisab
  3. Seperti kilat menyambar melewati shirot
  4. Menerima catatan amal dari sebelah kanan.
Waktu Pelaksanaan Shalat Tahajud

Shalat Tahajud harus dilaksanakan setelah tidur. Meskipun waktu pelaksanaannya ditetapkan sejak waktu isya’ hingga subuh, waktu yang afdhal (waktu utama) untuk melaksanakannya adalah :
  1. Sangat utama : 1/3 malam pertama (Ba’da Isya – 22.00)
  2. Lebih utama : 1/3 malam kedua (pukul 22.00 – 01.00)
  3. Paling utama : 1/3 malam terakhir (pukul 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh Subuh)
Karena itulah tahajjud adalah "da'bush shoolihiin" tradisinya orang-orang sholeh. Ayo raih kemuliaan hidup kita dan keluarga kesenangan dan kekhusyuan dengan selalu sholat malam. Aamiin

Bosan Hidup

bosan hidupSALAM DAKWAH -- Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, “Ustad, saya sudah Bosan Hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit?”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.” 

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.” 

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. 

Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha pasti ada pasang-surutnya. 

Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad. 

“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” 

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.” 

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Tapi ustadz yang satu ini aneh. Malah Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang ke rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai. Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. 

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. 

Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. 

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.” 

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang.

Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?” 

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” 

Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.” 

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum sore sebelumnya? 

"Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini”. 

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. 

Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kepasrahan, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. 

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan. percayalah .. Allah bersama kita.” 

Lalu pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini…

Abu Nawas Mencari Ibu dari Bayi

Ibu-dan-bayiSALAM DAKWAH -- Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu. 

Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa. 

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja. 

“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang.

Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog. “Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?” 

“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.

“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas mengancam. 

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.

“Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsung menyerahkan kepada perempuan kedua. 

Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.

Marhaban ya Ramadhan

marhaban ya ramadhan

SALAM DAKWAH -- Marhaban ya Ramadhan. Selamat datang, wahai Ramadhan. Subhanallah, tidak terasa waktu bergerak begitu cepat. Dalam hitungan hari, kita akan tinggalkan lembayung Sya’ban. Dan, kita akan jejakkan kaki di bulan Ramadhan, bulan yang mengajak kaum Muslimin di berbagai belahan dunia berpuasa selama satu bulan lamanya.

“Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS al-Baqarah 2:183). Dan, Jumat ini mungkin akan menjadi Jumat terakhir di bulan Sya’ban.

Kita akan memasuki bulan istimewa yang menyebar banyak kebaikan. Bulan yang ditaburi keberkahan. Bulan yang siang dan malamnya terliputi kemuliaan. Bulan yang di antara salah satu malamnya bernilai lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang pada akhirnya tidak ada alasan buat tangan kita kecuali membentang, seraya lisan berujar, “Marhaban ya Ramadhan!”

Allahu Akbar. Kenikmatan menyambut Ramadhan ini adalah bagian dari kecintaan tak berperi akan kehadiran bulan rahmat dan ampunan. OIeh karena itu, Nabi Muhammad  SAW biasa memberikan kabar gembira kepada para sahabat karena datangnya bulan ini. Beliau menjelaskan keutamaan-keutamaan Ramadhan dan janji-janji indah berupa pahala yang melimpah bagi orang yang berpuasa dan menghidupkannya.

Jika Ramadhan adalah sebuah madrasah atau sekolah, sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Allah kita akan masuk dan mengikuti semua proses pendidikan di dalamnya. Sebuah unit pendidikan Rabbani yang akan melahirkan para wisudawan terbaik dengan gelar al-Muttaqin, wisudawan bertakwa.

Madrasah Ramadhan yang akan kita masuki sesungguhnya menjadi kunci bagi terbukanya sebuah surga khusus di akhirat kelak. Surga yang mempunyai gapura indah yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan, Ar-Royyan.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yg dinamakan Ar-Rayyan. Yang akan masuk melaluinya pada hari kiamat hanyalah orang-orang yang berpuasa. Tidak akan masuk seorang pun melaluinya selain mereka.

Lalu diserukan, “Manakah orang-orang yang berpuasa?” Maka, mereka pun berdiri. Tidak ada seorang pun yang akan masuk melalui pintu Ar-Rayyan ini kecuali mereka. Setelah semua masuk, pintu itu pun ditutup, sehingga tidak ada lagi yang bisa masuk melaluinya,” [Muttafaqun ‘Alaih].

Beruntung untuk ikhwah yang selama sebulan penuh bertekad untuk berpuasa dan mengikuti semua proses pendidikan Rabbani melalui universitas Ramadhan yang agung ini.

Abdullah bin Ash-Shamit meriwayatkan, ketika Ramadhan datang, Rasulullah bersabda: “Wahai sekalian manusia. Ramadhan, bulan penuh berkah telah datang kepada kalian. Pada bulan ini, Allah melimpahkan (karunia-Nya) kepada kalian. Dia menurunkan rahmat, menghapuskan kesalahan-kesalahan, dan mengabulkan do’a. Allah akan melihat perlombaanmu di bulan itu dan akan membanggakanmu di hadapan para malaikat. Maka, tampilkanlah dari diri kalian yang baik-baik. Karena orang yang malang adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah pada bulan itu.” (HR Ath-Thabrani). 

Merenungi Makna Sakit

merenungi makna sakit

SALAM DAKWAH -- Sakit, sebagaimana juga setiap ujian, bukan menguji ketangguhan dan kemampuan. Sebab sakit Allah beri sudah sesuai dengan takaran dan daya tahannya.

Ia sejatinya menguji kemauan untuk memberi makna. Maka bagi dia yang mampu memberi makna terbaik bagi sakit, insya Allah kemuliaannya diangkat dan membuat malaikat yang selalu sehat takjub.

Sakit adalah jalan kenabian Ayub yang menyejarah. Kesabarannya yang lebih dari batas (disebut dalam sebuah hadits 18 tahun menderita penyakit aneh) diabadikan jadi teladan semesta. Dan atas kenyataan sejarah tersebut, hari ini cobalah bercermin kepadanya. 

Hari ini pula kita bisa bercermin kepada sosok-sosok mulia yang pernah juga sakit. Sakit, yang di ujung penggal kehidupan mereka yang ditemukan adalah kemuliaan serta terus bertambah derajat kemuliaanya di mata Allah SWT.

Imam As-Syafi’i wasir sebab banyak duduk menelaah ilmu; Imam Malik lumpuh tangannya dizhalimi penguasa; Nabi tercinta kita pun pernah sakit oleh racun paha kambing di Khaibar yang menyelusup melalui celah gigi yang patah di perang Uhud. Bukankah setelah akhirnya sakit, semuanya semakin mulia di mata Allah bahkan juga di mata sejarah manusia. 

Sakit itu zikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. 

Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

Sakit itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. 

Sakit itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.

Bahkan sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit. 

Sakit itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya.

Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah. 

Sakit itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya.

Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh mereka. 

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit. 

Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebih khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama.

Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit. Wallahu A’lam. 

Manajemen Waktu

manajemen waktu

SALAM DAKWAH -- Sebelum menemui ajalnya, khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq R.A. pernah memanggil Umar ibn al-Khaththab R.A lalu menyampaikan wasiat kepadanya.

“Wahai Umar, Allah itu mempunyai hak (diibadahi) pada siang hari yang Dia tidak menerimanya di malam hari. Sebaliknya, Allah SWT juga mempunyai hak (diibadahi) pada malam hari yang Dia tidak mau menerima di siang hari. Ibadah sunnah itu tidak diterima sebelum ibadah wajib itu dilaksanakan.”

Wasiat Abu Bakar tersebut menyadarkan Umar bahwa rotasi waktu itu penuh nilai dan harus dimaknai sedemikian rupa, sehingga manusia tidak merugi dalam hidupnya.

Umar melihat pesan Abu Bakar tersebut sebagai isyarat pentingnya manajemen waktu dalam memimpin umat. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, pesan Abu Bakar tersebut mengandung arti bahwa sebagai calon khalifah, Umar harus bisa membagi waktu: kapan harus menunaikan kewajibannya kepada Allah SWT, kewajiban kepada rakyatnya, dan kewajiban kepada dirinya sendiri.

Sedemikian pentingnya waktu itu, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah menegaskan menyia-nyiakan waktu (idha’atul waqti) itu lebih berbahaya daripada sebuah kematian, karena menyia-nyiakan waktu itu dapat memutus hubungan engkau dengan Allah dan akhirat. Sedangkan kematian hanya memutusmu dari kehidupan dunia dan keluarga saja. Orang yang menyia-nyiakan waktu akan kehilangan kesempatan untuk berinvestasi bagi kehidupan akhiratnya. 

Oleh karena itu, Ibn Mas’ud RA pernah berkata: “Aku tidak menyesali sesuatu selain kepada hari yang mataharinya telah terbenam dan umurku berkurang, tetapi di hari itu amalku tidak bertambah.”

Manajemen dan disiplin waktu menjadi sangat penting, jika seorang Muslim berusaha menggapai kesuksesan hidup dunia dan akhirat.

Namun dalam faktanya, banyak orang terlena dan mengabaikan nilai waktu. Waktu berlalu tanpa makna dan amal shaleh.  Tidak sedikit anak-anak muda kita banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, bermain-main, dan berleha-leha.

Kesadaran wal ashri (pentingnya nilai waktu) cenderung tergradasi karena aneka permainan duniawi yang menghibur dan memperdayakan, seperti sinetron, aneka games, dan sebagainya. 

Dalam memanajemeni waktu,  Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: “Siang dan malam itu bekerja untukmu, karena itu beramallah dalam keduanya.”

Sebagai manifestasi dari aplikasi manajemen waktu, ketika diamanahi sebagai khalifah, Umar bin al-Khaththab  pernah memberikan nasehat kepada Abu Musa al-Asy’ari: “Pemimpin yang paling bahagia menurut Allah SWT adalah orang yang mampu membuat rakyatnya bahagia. 

Pemimpin yang paling menderita menurut Allah adalah pemimpin yang membuat rakyatnya sengsara. Hendaklah engkau tidak melakukan penyimpangan, sehingga engkau dapat menyimpangkan para pekerjamu, tak ubahnya engkau seperti binatang ternak.”

Semua itu tidak mungkin dapat direalisasikan tanpa manajemen waktu yang efisien dan efektif. Kata kunci manajemen waktu adalah disiplin dan penyegeraan penyelesaian  kewajiban, tugas, dan pekerjaan. 

Nabi Muhammad SAW adalah figur teladan yang paling disiplin waktu, lebih-lebih setelah ditetapkannya shalat lima waktu sebagai fardhu ‘ain (kewajiban personal).

Melalui aneka ibadah, terutama shalat, yang dalam al-Qur’an telah ditentukan waktu-waktunya (QS. an-Nisa’ [4]: 103), kita dididik untuk disiplin waktu secara baik dan benar. Muslim yang melaksanakan shalat dengan benar mestinya tidak pernah mengabaikan waktu. 

Penyegeraan penyelesaian kewajiban dan tugas juga merupakan tradisi Nabi SAW yang patut diteladani. Beliau bukan hanya memerintahkan umatnya untuk misalnya menyegerakan membayar hutang, mengurus jenazah,  dan sebagainya, melainkan juga memberi nilai plus kepada umatnya yang  bangun tidur lebih awal.

Bahkan Nabi SAW pernah meminta kepada Allah agar umat diberkahi dalam waktu pagi (bersegera menuntaskan persoalan. Doa beliau: “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya.” (HR. Abu Daud, at-Turmudzi, dan Ahmad). 

Implikasi manajemen waktu dalam Islam sungguh sangat serius sekaligus indah, karena salah satu karunia yang akan diaudit oleh Allah di akhirat kelak adalah pemanfaatan umur kita, tentu termasuk waktu, selama hidup di dunia.

Dalam hal ini Nabi SAW bersabda: “Tidaklah kedua kaki seorang hamba itu melangkah sebelum ditanya tentang empat hal: tentang umur, untuk apa dihabiskan? Tentang (kesehatan) fisik, untuk dipergunakan? Tentang harta, darimana diperoleh? Dan Untuk apa dibelanjakan? Dan tentang ilmu, apakah sudah diamalkan? (HR. al-Turmudzi dan al-Thabarani). 

Karena itu, agar fungsional dan bermakna, manajemen waktu harus senantiasa dikawal dengan kesadaran wal ashri, melalui reformasi iman, amal shaleh, saling berwasiat kebenaran dan saling membelajarkan kesabaran (QS. al-‘Ashr [103]: 1-3).

Waktu menjadi bermakna jika dilandasi iman yang kokoh, ditindaklanjuti dengan aneka kesalehan, dikembangkan dengan pencarian kebenaran secara akademik, dan diperindah dengan kesabaran sebagai moralitas kehidupan. 

Mudah-mudahan kita semua mampu memanej waktu dengan optimal dan efektif, sehingga hidup kita menjadi lebih berkah dan bermakna. Wallahu a’lam.

Sumber : Republika.co.id