Sahabat Keluarga Salam Dakwah yang dirahmati ALLAH,
Generasi salaf adalah
generasi teladan. Muslim maupun muslimahnya, orang dewasa maupun anak kecilnya,
dalam perkara ibadah maupun muamalah.
Melatih anak kecil yang
belum mukallaf untuk turut beribadah bersama kaum muslimin agak sulit, namun
berikut salah satu cara melatih agar anak bisa belajar berpuasa.
Dari Rubayyi’ binti
Mu’awwidz; dia berkata, “Rasulullah mengutus untuk mengumumkan pada pagi
hari asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah.
‘Barang siapa yang
pagi hari ini berpuasa, hendaklah menyelesaikannya. Barang siapa yang tidak
berpuasa (sudah sarapan), hendaknya menahan (makan dan minum) sampai selesai.’
Setelah adanya
pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa.
Kami juga mengajak mereka ke masjid dan memberikan mereka mainan dari kulit
(wol). Jika mereka menangis karena lapar, kami menyodorkan mainan sampai waktu
berbuka puasa tiba.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Meski anak-anak tersebut
masih kecil, ternyata masih ada orang besar yang kalah dari mereka.
Kasihan, ‘kan masih
kecil
Di sinilah perlunya
orang tua bersikap jeli. Setiap anak dikaruniai kemampuan jasmani maupun rohani
yang berbeda. Oleh sebab itu, orang tua hendaklah mampu menyadari seberapa
siapkah anak mereka untuk dilatih berpuasa. Tidak menutup kemungkinan seorang
anak berusia 3 tahun sudah mampu menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar hingga
matahari terbenam. Sebaliknya, boleh jadi ada anak berusia 6 tahun yang hanya
mampu berpuasa “beduk” (latihan berpuasa sampai waktu zuhur).
Sepatutnya orang tua
menanamkan kepada anak tentang rasa cinta terhadap ibadah kepada Allah. Anak
yang tumbuh dengan asuhan demikian, insyaAllah akan menyemai manisnya iman kala
ia dewasa nanti. Bila orang tua memaksa anak untuk berpuasa di luar batas
kemampuan si anak, ibadah yang sejatinya indah malah berubah jadi rasa susah.
Jika orang tua sukses
dalam ajang latihan ini, tentu tak perlu risau dengan komentar, “Kenapa
sudah diajak puasa? Kasihan, ‘kan dia masih kecil.”
Penghibur hati selain
mainan wol
Dunia anak itu
berwarna-warni. Bagai pelangi.
Niat orang tua untuk
meraih ridha Allah pasti akan dibuktikan dengan usaha yang cerdas, tanpa emosi
yang kembang-kempis. Kita tengok generasi salaf; mereka buatkan mainan
penghibur hati bagi si buah hati. Tujuannya? Tentu untuk mengalihkan perhatian
si kecil dari makanan dan minuman.
Pandai-pandailah melihat
kecenderungan anak. Di zaman shahabat, mainan wol mungkin sudah yang termanis
untuk anak-anak. Adapun di zaman sekarang, sesuaikan dengan keadaan. Jika anak
Anda senang ikut memasak dengan Anda, izinkan dia ikut serta bersama Anda di
dapur. Jika anak Anda suka dibacakan buku cerita, luangkan waktu menemaninya.
Pastinya perlu kita ingat selalu, penghibur bagi anak mestilah sesuatu yang
tidak melanggar batasan syariat Allah Ta’ala.
Sahur bergizi, iftar
bernutrisi
Anda tak perlu takut
anak Anda kekurangan gizi gara-gara berpuasa sehari penuh. Yang harus dilakukan
adalah menyediakan menu sahur yang bergizi serta iftar yang bernutrisi. Jangan
asal enak tapi tak sehat. Jangan pula asal kenyang tapi miskin kandungan gizi.
Seimbangkan menu sahur dan buka puasanya: nasi dan lauk pauk (sayur, ikan,
tempe, tahu, ayam, atau daging), susu, kurma, serta pilihan makanan dan minuman
sehat-bernutrisi lainnya.
InsyaAllah raga anak tak ‘kan sengsara. Bahkan bisa jadi
badannya malah jadi lebih bugar karena waktu makannya yang lebih teratur (sahur
dan iftar). Apalagi bila Anda tambahkan dengan camilan sehat secukupnya pada
malam hari, seperti buah atau bubur kacang hijau.
Latih secara bertahap
Berpuasa memerlukan
kesiapan fisik dan mental. Jika ingin melatih anak kecil berpuasa, lakukan
secara bertahap:
1. Jika orang tua berpuasa
senin dan kamis, anak bisa diajak serta.
2. Uji coba dengan puasa
”beduk”. Jika anak masih kuat, lanjutkan puasanya hingga penuh sehari.
3. Lebih kerap memberi
kalimat motivasi, ”Enak ya puasa.” ”Allah sayang orang Islam yang rajin puasa.”
”Kita puasa supaya dapat banyak
pahala. Kalau pahala tambah banyak, insyaAllah kita bisa masuk surga. Di surga
itu enak, banyak teman yang baik-baik.”
4. Sajikan hidangan
kegemaran anak sebagai menu berbuka untuknya. Ketika menyiapkan hidangan
tersebut, sampaikan kepadanya, ”InsyaAllah kita makan ini kalau berbuka puasa
nanti.”
5. Ketika berbuka, motivasi
anak dengan nikmatnya berbuka setelah berjuang berpuasa sehari penuh, ”Alhamdulillah,
enak ya kita bisa buka puasa. MasyaAllah, anak Ummi hebat! Kapan-kapan insyaAllah
kita puasa lagi ya.”
Tantangan dan solusinya
Membangunkan sahur
- Tidurkan lebih awal pada
malam sebelumnya, sembari ingatkan, ”Besok insyaAllah kita semua akan bangun
makan sahur.”
- Bangunkan anak secara perlahan dan lembut.
Bila perlu, gendong dia hingga ke tempat makan. Jangan jemu membujuknya untuk
makan sahur.
- Setelah bangun, ajak anak mencuci tangan dan
muka, supaya tubuhnya lebih segar.
- Ajak berbincang supaya kantuknya hilang.
Menahan
keinginannya untuk menyentuh makanan dan minuman saat kita tidak melihat.
1. Ingatkan bahwa Allah Maha
Melihat.
2. Perhatikan kondisi
fisiknya. Indikator yang mungkin dipakai: masih kuat bermain dan berlari-lari
atau tidak.
3. Jika anak terlihat lemas,
jangan paksa dia berpuasa. Namun jika terlihat masih kuat, semangati dia dengan
janji pahala dan kecintaan dari Allah.
4. Dari hari ke hari, seiring
semakin seringnya anak berlatih puasa, insyaAllah dia akan lebih mudah mengendalikan
dirinya saat melihat makanan dan minuman sebelum waktu berbuka tiba.
5. Selain itu, fisiknya lebih
terbiasa, sampai-sampai kemungkinan anak akan tetap penuh energi bermain meski
sedang berpuasa.
Belum bisa membedakan waktu zuhur, ashar, dan maghrib (ada
sebagian anak yang mungkin mengira bahwa ”azan” adalah pertanda boleh berbuka).
1. Ajarkan anak tentang
waktu-waktu shalat (shubuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isya).
2. Sampaikan bahwa orang boleh
berbuka bila azan maghrib sudah berkumandang.
3. Seiring seringnya anak
berlatih puasa, insyaAllah dia akan semakin pandai membedakan waktu-waktu
tersebut.
4. Ingatkan bahwa yang menjadi tanda waktu berbuka
adalah azan maghrib. Jadi, meski makanan dan minuman sudah dihidangkan di meja
beberapa menit sebelum itu, dia belum boleh makan dan minum. Dia mesti menunggu
sampai azan berkumandang.
Rajin puasa, mesti rajin
shalat juga
Masa melatih anak
berpuasa sekaligus bisa jadi kesempatan emas untuk melatihnya disiplin shalat
fardhu lima waktu. Jelaskan kepada anak bahwa percuma saja orang berpuasa bila
tak shalat. Meski anak kecil memang belum mukallaf, tapi akan sangat baik bila
sejak belia mereka telah paham tentang betapa pentingnya shalat dalam Islam.
Selain shalat, anak juga
bisa diperkenalkan dengan berbagai amal shalih yang lain, seperti membaca Al-Quran dan banyak berzikir serta beristighfar.
Hadiah di balik kertas
kado
Tiba saatnya Anda
tunjukkan kebahagiaan Anda atas keberhasilannya berpuasa. Bentuknya bisa berupa
ucapan, “Alhamdulillah. Hari ini anak Ummi bisa berpuasa sehari penuh.
Ummi bahagia.” Bisa pula berupa hadiah yang dibungkus manis dengan
kertas kado. Boleh juga bila hadiah itu berbentuk rekreasi ke pantai, ke taman
bermain, atau ke kebun binatang.
Sudah terbukti
Para Pembaca yang kami
hormati, tulisan ini disajikan tentunya berlatar bukti yang sudah terjadi.
Alhamdulillah – atas pertolongan Allah – ternyata ada anak-anak kaum muslimin
yang berhasil berpuasa pada usia 3 tahun, bahkan ada pula yang lebih muda dari
itu. Yang membuat kita lebih bersyukur lagi, puasa hamba-hamba Allah yang masih
sangat belia ini ternyata berlangsung sejak fajar terbit sampai tenggelamnya
mentari. Ini berlangsung selama berhari-hari, baik pada bulan Sya’ban, sebulan
penuh Ramadhan, bahkan enam hari pada bulan Syawal.
Jumadil Akhir sudah
tiba; kesempatan untuk mulai berlatih berpuasa terbuka lebar untuk buah hati
Anda. Semakin mendekati Rajab, kemudian Sya’ban, hingga tiba pada
Ramadhan, insyaAllah. Gandeng tangannya menuju kecintaan dalam
ibadah kepada Allah. Hingga suatu hari telinga Anda berkesempatan mendengar
dari lisannya, “Ummi, saya senang puasa.” “Abi, saya senang
makan sahur.” “Ummi, besok insyaAllah kita puasa lagi ya ….”
Selalulah
jaga keikhlasan Anda sebagai orang tua, jauhkan dari rasa riya’ dan sum’ah,
hindari sikap pamer dihadapan manusia. Bahagia atas amal shalih sang buah hati
adalah rahasia manis yang Anda simpan di hati. Berdoalah kepada Allah agar
anak-anak Anda menjadi penyebab Anda bisa menghuni surga Firdaus, tanpa hisab
dan tanpa azab.
Segala kemudahan
datang dari Allah. Tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah ‘Azza
wa Jalla.
Marji’
: Shahih
Al-Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
Penulis : Athirah Ummu
Asiyah/Muslimah